Rabu, 26 Januari 2011

Sebait Syukur di Meja Makan

Bismillahirrahmanirrahiim,

Terinspirasi dari perkataan Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, “Para pemilik harta makan dan kami juga makan, mereka minum dan kami juga minum, mereka berpakaian kami juga berpakaian, mereka naik kendaraan dan kami pun naik kendaraan. Mereka memiliki kelebihan harta yang mereka lihat dan dilihat juga oleh selain mereka, lalu(di akhirat) mereka menemui hisab atas harta itu sedang kita terbebas darinya.”

Dalam setiap detik menit kita, dalam setiap helaan nafas yang begitu sejuk mengalir dalam tubuh kita sesungguhnya lebih banyak yang dapat kita syukuri dalam hidup ini.

Benarlah bahwa qonaah yang menggamit rasa syukur adalah harta termahal di dunia, dengan kesempurnaan syukur akan mampu merubah kesempitan menjadi kesempatan, dengan tetapnya qonaah akan mampu merubah kefakiran menjadi rasa layaknya raja diraja dunia. subhanalloh…

merenung sejenak yuukk..

Terkadang kita memimpikan setiap hari dapat menyambut suami dan anak-anak pulang dengan aneka resep masakan mahal yang tentunya bercita rasa tinggi-kata orang- steak, pizza, spageti, chinese food, amrik food, japanes food (dan opo maneh ya.., bukan pakarnya saya nie) ditata diatas dinner set yang mewaahh ada bunga hidup, ada lilin, piring yang lengkap dengan sendok berbagai ukuran, garpu dan pisaunya, lalu kita duduk di salah satu kursi indahnya dengan gaun yang indah, wangi aroma parfum paris nan mahal^^ hmmmm.. yummmyy dan kerreen sepertinya.

Tapi buru-buru terpupus angan itu.. bisa mbengkak berkali-kali lipat anggaran belanja untuk menu2 seperti itu. sekali2 saja boleh lah,tapi itupun dengan rasa yang emaan-emaan banget buat beli menu itu^^ mending buat beli yang lain kalo kata saya sich^^

Kembali ke dunia nyata.. di itang-itung, ditarik sana tarik sini budget belanja, alhasil? hanya menu2 sederhana yang ada di meja menyambut kekasih hati pulang. sayur bening, sup, urap, asem manis, kukus sayur original, oseng-oseng, lodeh, telur, tahu tempe dengan macem variasinya tp tetep aja namanya tahu tempe ya^^ istimewa dikit ya ayam dengan variasinya, daging yg tidak terlalu mahir memasaknya spt ala cheef ^^ yahh itu-itu saja menunya, sederhana, simple, berasa aroma desa, jauuuh dari kesan mewah seperti yg sering muncul di majalah2 wanita atau di film2 ^^

Tapi betapa bahagianya hati ketika dgn “menu desa” hasil ramuan di dapur istana kita itu disambut dengan penghargaan istimewa dari orang2 yang kita nanti2 kan. ketika menu ala kadarnya yang biasa2 saja itu disantap oleh suami dan anak2 dengan lahap, penuh senyum dan gelak canda layaknya mereka sedang disuguhi jamuan istimewa.. subhanalloh disinilah letak bahagia yang dicari. yang tidak semua orang memperolehnya.

Toh ketika menghidangkan hidangan mahal seperti diawal (amrik food, chinese food, japanese food) yang dicari juga sama? kepuasan dan kesenangan orang yang kita beri suguhan tersebut. kebahagiaan yg dirasa juga akan sama. bahkan mungkin kualitas bahagianya tdk lebih besar dibanding ketika dijamu dengan hidangan ala kadarnya yg diperoleh dgn sepenuh jiwa dan tenaga, dengan rasa penghargaan yg amat tinggi pd karunia ALLOH atas rizki yg didapat.

Betapa tidak sedikit yang sebenarnya memang mampu dan mudah menyuguhkan hidangan2 mahal itu setiap saat namun ALLOH berkendak lain, dia dilarang menyantap jenis2 makanan itu karena indikasi medis pantang thdp penyakit yang di idapnya (jantung, kolesterol, diabetes, strooke dll) sehingga dia harus rela hanya menyantap kentang yang tawar, ubi jalar, buah yang tidak manis, air putih dan semisalnya. tidak berbeda makanan yg disantapnya dengan hidangan para petani di gubuk reot di pelosok desa, yg hanya berhias temaram lampu minyak, makan sepiring untuk sekeluarga. sama2 jenis makanannya yg sederhana itu.. tentulah lebih tinggi kualitas bahagia yang dimiliki sang petani ketika menyantap hidangannya penuh rasa damai dan syukur, tidak bingung mencari pangan alami yg sehat -orgganik- tinggal petik di kebun (yg tentu sudah sangat sulit dan mahal didapat diperkotaan) tanpa khawatir dengan sakit yg bertambah parah, tanpa sibuk menghitung berapa lagi pil yg harus ditelan, tanpa ribet mengukur kadar gula darah, kolesterol, asam urat dan tentunya tanpa merana dgn penyakit yg kambuh tiba2.

Alhamdulillah, teramat syukur kita pada ALLOH yang mengaruniai kita tubuh yg sehat sehingga dapat menikmati setiap hidangan tanpa banyak aturan dan kekangan. tidak perlu bingung memikirkan menu diet dengan detail takarannya. cukup dengan hidangan ala desa yang sehat dan alami^^

Tidak sedikit pula yang mampu menghidangkan hidangan mahal2 itu namun qodarulloh keluarganya penuh prahara sehingga “dinner set” yang telah disiapkan begitu megah dan lengkap menjadi sepii.. tak ada kebersamaan penuh suka cita menyantapnya, tak ada anggota keluarga yg sempat hadir mungkin karena masing2 terlalu sibuk? atau satu sama lain sedang bertengkar? atau alasan lain? yang ada hanyalah dirinya berteman cahaya lilin indah yg seakan turut menggambarkan betapa sendirinya diri ini.

sekali lagi kita bersyukur.. dalam menu-menu sederhana yang dapat kita hidangkan ternyata dilingkupi kebahagiaan dan baarokah dari yang Maha Kaya sehingga setiap suapan kita insyaalloh senantiasa menyehatkan tubuh untuk dapat tegak kembali beramal sholih, setiap jamuan sederhana itu dapat menjadi penambah keharmonisan keluarga, menjadi event berharga untuk saling menasihati dan memberi solusi. alhamdulillah bini’matihi tatimussholihaat.

Masih banyak lagi yg dapat kita syukuri dalam hidup ini. bahkan dalam setiap kesedihan dan musibah yg mnerpa tetap akan selalu ada syukur yang dapat kita petik karena dengannya menjadi peluruh dosa kita, menambah derajat iman, dan ibroh yang mengiringinya.

maka jadilah kita hamba-hamba yang selalu bersyukur, niscaya kekayaan yg sesungguhnya akan senantiasa menaungi jiwa kita.

alhamdulillah.

jika pun ALLOH mentaqdirkan kita sebagai orang yg kaya raya, maka kita bertaqwalah dalam mengemban amanah itu, menggunakan kekayaan itu dijalan ALLOH, sehingga kekayaan itu menjadi harta kita “sesungguhnya” yaitu harta yg memberi nikmat di dunia juga akhirat. bukan yg hanya kita nikmati di dunia namun menjadi siksa di neraka, wal iyadzubillah.

———————————————

Renungan Al faqirah ilalloh, Ummu Raihan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar