Senin, 16 Mei 2011

The Best Friend Slideshow

The Best Friend Slideshow: "TripAdvisor™ TripWow ★ The Best Friend Slideshow ★ to Ponorogo (near Kediri). Stunning free travel slideshows on TripAdvisor"

My Honey Slideshow

My Honey Slideshow: "TripAdvisor™ TripWow ★ My Honey Slideshow ★ to Semarang. Stunning free travel slideshows on TripAdvisor"

Rabu, 26 Januari 2011

Jadilah orang-orang yang diDoakan Malaikat

Tidak kita ragukan lagi bahwa malaikat adalah mahluq ALLOH yang sempurna ketaatannya, tak pernah bermaksiat dan begitu dekat kedudukannya disisi ALLOH. betapa bahagianya jika mendapatkan doa kebaikan dari sang malaikat, doa yang diijabahi ALLOH. Tapi siapakah orang-orang beruntung yang mendapatkan doa dari malaikat yang mulia ini?

dapatkan jawabannya di sini..

Inilah orang – orang yang didoakan oleh para malaikat :

1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa ‘Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci”. (Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)

2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat.

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia’” (Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Muslim no. 469)

3. Orang – orang yang berada di shaf barisan depan di dalam shalat berjamaah.

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang – orang) yang berada pada shaf – shaf terdepan” (Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra’ bin ‘Azib ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)

4. Orang – orang yang menyambung shaf pada sholat berjamaah (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf).

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang – orang yang menyambung shaf – shaf” (Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani > dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)

5. Para malaikat mengucapkan ‘Amin’ ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah.

Rasulullah bersabda, “Jika seorang Imam membaca ‘ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaalinn’, maka ucapkanlah oleh kalian ‘aamiin’, karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan > diampuni dosanya yang masa lalu” (Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 782)shallallahu’alaihi wasallam

6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat.

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, ‘Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia” (Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)

7. Orang – orang yang melakukan shalat shubuh dan ‘ashar secara berjama’ah.

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat ‘ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat ‘ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, ‘Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?’, mereka menjawab, ‘Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat” (Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)

8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata ‘aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan’” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda’ ra., Shahih Muslim no. 2733)

9. Orang – orang yang berinfak.

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak’. Dan lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit’” (Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)

10. Orang yang sedang makan sahur.

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang – orang yang sedang makan sahur” (Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)

11. Orang yang sedang menjenguk orang sakit.

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh” (Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalib ra., Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, “Sanadnya shahih”)

12. Seseorang yang sedang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain” (Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)

Sebait Syukur di Meja Makan

Bismillahirrahmanirrahiim,

Terinspirasi dari perkataan Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, “Para pemilik harta makan dan kami juga makan, mereka minum dan kami juga minum, mereka berpakaian kami juga berpakaian, mereka naik kendaraan dan kami pun naik kendaraan. Mereka memiliki kelebihan harta yang mereka lihat dan dilihat juga oleh selain mereka, lalu(di akhirat) mereka menemui hisab atas harta itu sedang kita terbebas darinya.”

Dalam setiap detik menit kita, dalam setiap helaan nafas yang begitu sejuk mengalir dalam tubuh kita sesungguhnya lebih banyak yang dapat kita syukuri dalam hidup ini.

Benarlah bahwa qonaah yang menggamit rasa syukur adalah harta termahal di dunia, dengan kesempurnaan syukur akan mampu merubah kesempitan menjadi kesempatan, dengan tetapnya qonaah akan mampu merubah kefakiran menjadi rasa layaknya raja diraja dunia. subhanalloh…

merenung sejenak yuukk..

Terkadang kita memimpikan setiap hari dapat menyambut suami dan anak-anak pulang dengan aneka resep masakan mahal yang tentunya bercita rasa tinggi-kata orang- steak, pizza, spageti, chinese food, amrik food, japanes food (dan opo maneh ya.., bukan pakarnya saya nie) ditata diatas dinner set yang mewaahh ada bunga hidup, ada lilin, piring yang lengkap dengan sendok berbagai ukuran, garpu dan pisaunya, lalu kita duduk di salah satu kursi indahnya dengan gaun yang indah, wangi aroma parfum paris nan mahal^^ hmmmm.. yummmyy dan kerreen sepertinya.

Tapi buru-buru terpupus angan itu.. bisa mbengkak berkali-kali lipat anggaran belanja untuk menu2 seperti itu. sekali2 saja boleh lah,tapi itupun dengan rasa yang emaan-emaan banget buat beli menu itu^^ mending buat beli yang lain kalo kata saya sich^^

Kembali ke dunia nyata.. di itang-itung, ditarik sana tarik sini budget belanja, alhasil? hanya menu2 sederhana yang ada di meja menyambut kekasih hati pulang. sayur bening, sup, urap, asem manis, kukus sayur original, oseng-oseng, lodeh, telur, tahu tempe dengan macem variasinya tp tetep aja namanya tahu tempe ya^^ istimewa dikit ya ayam dengan variasinya, daging yg tidak terlalu mahir memasaknya spt ala cheef ^^ yahh itu-itu saja menunya, sederhana, simple, berasa aroma desa, jauuuh dari kesan mewah seperti yg sering muncul di majalah2 wanita atau di film2 ^^

Tapi betapa bahagianya hati ketika dgn “menu desa” hasil ramuan di dapur istana kita itu disambut dengan penghargaan istimewa dari orang2 yang kita nanti2 kan. ketika menu ala kadarnya yang biasa2 saja itu disantap oleh suami dan anak2 dengan lahap, penuh senyum dan gelak canda layaknya mereka sedang disuguhi jamuan istimewa.. subhanalloh disinilah letak bahagia yang dicari. yang tidak semua orang memperolehnya.

Toh ketika menghidangkan hidangan mahal seperti diawal (amrik food, chinese food, japanese food) yang dicari juga sama? kepuasan dan kesenangan orang yang kita beri suguhan tersebut. kebahagiaan yg dirasa juga akan sama. bahkan mungkin kualitas bahagianya tdk lebih besar dibanding ketika dijamu dengan hidangan ala kadarnya yg diperoleh dgn sepenuh jiwa dan tenaga, dengan rasa penghargaan yg amat tinggi pd karunia ALLOH atas rizki yg didapat.

Betapa tidak sedikit yang sebenarnya memang mampu dan mudah menyuguhkan hidangan2 mahal itu setiap saat namun ALLOH berkendak lain, dia dilarang menyantap jenis2 makanan itu karena indikasi medis pantang thdp penyakit yang di idapnya (jantung, kolesterol, diabetes, strooke dll) sehingga dia harus rela hanya menyantap kentang yang tawar, ubi jalar, buah yang tidak manis, air putih dan semisalnya. tidak berbeda makanan yg disantapnya dengan hidangan para petani di gubuk reot di pelosok desa, yg hanya berhias temaram lampu minyak, makan sepiring untuk sekeluarga. sama2 jenis makanannya yg sederhana itu.. tentulah lebih tinggi kualitas bahagia yang dimiliki sang petani ketika menyantap hidangannya penuh rasa damai dan syukur, tidak bingung mencari pangan alami yg sehat -orgganik- tinggal petik di kebun (yg tentu sudah sangat sulit dan mahal didapat diperkotaan) tanpa khawatir dengan sakit yg bertambah parah, tanpa sibuk menghitung berapa lagi pil yg harus ditelan, tanpa ribet mengukur kadar gula darah, kolesterol, asam urat dan tentunya tanpa merana dgn penyakit yg kambuh tiba2.

Alhamdulillah, teramat syukur kita pada ALLOH yang mengaruniai kita tubuh yg sehat sehingga dapat menikmati setiap hidangan tanpa banyak aturan dan kekangan. tidak perlu bingung memikirkan menu diet dengan detail takarannya. cukup dengan hidangan ala desa yang sehat dan alami^^

Tidak sedikit pula yang mampu menghidangkan hidangan mahal2 itu namun qodarulloh keluarganya penuh prahara sehingga “dinner set” yang telah disiapkan begitu megah dan lengkap menjadi sepii.. tak ada kebersamaan penuh suka cita menyantapnya, tak ada anggota keluarga yg sempat hadir mungkin karena masing2 terlalu sibuk? atau satu sama lain sedang bertengkar? atau alasan lain? yang ada hanyalah dirinya berteman cahaya lilin indah yg seakan turut menggambarkan betapa sendirinya diri ini.

sekali lagi kita bersyukur.. dalam menu-menu sederhana yang dapat kita hidangkan ternyata dilingkupi kebahagiaan dan baarokah dari yang Maha Kaya sehingga setiap suapan kita insyaalloh senantiasa menyehatkan tubuh untuk dapat tegak kembali beramal sholih, setiap jamuan sederhana itu dapat menjadi penambah keharmonisan keluarga, menjadi event berharga untuk saling menasihati dan memberi solusi. alhamdulillah bini’matihi tatimussholihaat.

Masih banyak lagi yg dapat kita syukuri dalam hidup ini. bahkan dalam setiap kesedihan dan musibah yg mnerpa tetap akan selalu ada syukur yang dapat kita petik karena dengannya menjadi peluruh dosa kita, menambah derajat iman, dan ibroh yang mengiringinya.

maka jadilah kita hamba-hamba yang selalu bersyukur, niscaya kekayaan yg sesungguhnya akan senantiasa menaungi jiwa kita.

alhamdulillah.

jika pun ALLOH mentaqdirkan kita sebagai orang yg kaya raya, maka kita bertaqwalah dalam mengemban amanah itu, menggunakan kekayaan itu dijalan ALLOH, sehingga kekayaan itu menjadi harta kita “sesungguhnya” yaitu harta yg memberi nikmat di dunia juga akhirat. bukan yg hanya kita nikmati di dunia namun menjadi siksa di neraka, wal iyadzubillah.

———————————————

Renungan Al faqirah ilalloh, Ummu Raihan

Muamalah Allah Terhadapmu Sesuai Dengan Muamalahmu Terhadap Hamba-Nya

Renungan bagi kita semua agar senantiasa cermat dan berhati-hati memilih sikap terbaik dalam bermuamalah dengan orang lain. Muamalah Allah Terhadap kita Sesuai Dengan Muamalah kita Terhadap Hamba-Nya.

wa nastaghfirullohal adzim, wallohul musta’an


*********************************

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله رب العالمين, والصلاة والسلام على رسول الله نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن والاه, وبعد:



Di dalam sebuah Hadits, Rasulullah shallallahu “alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah ta”ala hanya merahmati hamba-hambaNya yang pengasih.” (HR. Bukhari).

Bukankah perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan?, barang siapa yang mengasihi makhluk, maka ia akan dikasihi al-Kholiq (pencipta), Rasulullah shallallahu “alaihi wa sallam bersabda: “Orang yang pengasih akan di kasihi Dzat yang Maha Pengasih, kasihilah yang di bumi, maka yang di langit akan mengasihimu.” (HR. Tirmidzi).



Balasan suatu perbuatan sesuai dengan perbuatan tersebut.



Allah ta”ala bermuamalah dengan hamba sesuai muamalah hamba terhadap sesamanya, maka bermuamalah-lah dengan hamba Allah ta”ala dengan muamalah yang mana engkau mengharapkan Allah ta”ala bermuamalah seperti itu terhadapmu.



Allah ta”ala berfirman: “Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni mereka maka sesungguhnya Allah ta”ala Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. at-Taghobun: 14).




Firman Allah ta”ala: “Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada, apakah kamu tidak ingin jika Allah ta”ala mengampunimu.” (QS. an-Nuur: 22).



Hendaklah engkau senantiasa meringankan beban orang lain supaya Allah ta”ala meringankan bebanmu.



Rasulullah shallallahu “alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang menolong kesusahan orang muslim, maka Allah ta”ala akan menolongnya dari kesusahan pada hari kiamat.” (HR. Bukhari).



Beliau juga bersabda: “Barang siapa yang menyelamatkan orang dari kesusahan, maka Allah ta”ala akan menyelamatkannya dari kesusahan pada hari kiamat.” (HR. Ahmad).



Tolonglah orang yang membutuhkan pertolongan, maka kamu akan ditolong Allah ta”ala.



Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda: “Allah ta”ala menolong seorang hamba selagi hamba tersebut menolong sesamanya.”



Beliau juga bersabda: “Barang siapa menolong saudaranya yang membutuhkan maka Allah ta”ala akan menolongnya.” (HR. Muslim).



Jadilah engkau orang yang mempermudah kesulitan orang lain.



Rasulullah shallallahu “alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang mempermudah kesulitan orang lain, maka Allah ta”ala akan mempermudah urusannya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim).



Beliau juga bersabda: “Terdapat pada umat sebelummu seorang pedagang yang sering memberi pinjaman kepada orang lain, jika dia melihat si peminjam dalam kesulitan dia berkata kepada anak-anaknya: “Maafkan dia (jangan ditagih hutangnya) mudah-mudahan Allah ta”ala mengampuni kita”, maka Allah ta”ala pun mengampuninya.” (HR. Bukhari).



Berlemah-lembutlah terhadap hamba Allah ta”ala maka kamu akan termasuk orang yang didoakan Nabi shallallahu “alaihi wa sallam



“Ya Allah, barang siapa yang berlemah-lembut terhadap umatku maka berlemah-lembutlah terhadapnya, dan barang siapa yang mempersulit umatku maka persulitlah ia.” (HR. Ahmad).



Beliau juga bersabda: “Sesungguhnya Allah ta”ala adalah Dzat yang maha lemah lembut mencintai kelembutan dan memberi pada kelembutan suatu kebaikan yang tidak pernah diberikan pada kekerasan.” (HR. Muslim).



Beliau juga bersabda: “Barang siapa yang tidak memiliki kelembutan maka ia kehilangan suatu kebaikan.” (HR. Muslim).



Tutupilah kejelekan (aib) orang lain maka Allah ta”ala akan menutupi kejelekan (aib) mu.



Rasulullah shallallahu “alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang menutupi kejelekan (aib) seorang muslim maka Allah ta”ala akan menutupi kejelekan (aib) nya.” (HR. Muslim).



Beliau juga bersabda: “Barang siapa yang menutupi aurat (aib) saudaranya (muslim) maka Allah ta”ala akan menutupi aurat (aib) nya pada hari kiamat.” (HR. Ibnu Majah).



Pandanglah sedikit kesalahan saudaramu, maka Allah ta”ala akan memandang sedikit pula kesalahan mu.



Rasulullah shallallahu “alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang memandang sedikit kesalahan seorang muslim maka Allah ta”ala akan memandang sedikit kesalahannya.” (HR. Abu Dawud).



Berilah makan faqir miskin, maka Allah ta”ala akan memberimu makan pula.



Rasulullah shallallahu “alaihi wa sallam bersabda: “Siapa saja di antara orang mukmin yang memberi makan mukmin yang lapar, maka Allah ta”ala akan memberinya makan dari buah-buahan Surga.” (HR. Tirmidzi).



Berilah minum orang yang kehausan, maka Allah ta”ala akan memberimu minum pula.



Rasulullah shallallahu “alaihi wa sallam bersabda: “Siapa saja di antara orang mukmin yang memberi minum mukmin lainnya yang kehausan, maka Allah ta”ala akan memberinya minum pada hari kiamat dari khamar murni yang dilak (tempatnya).” (HR. Tirmidzi).



Berilah pakaian kepada kaum muslimin maka Allah ta”ala akan memberimu pakaian.



Rasulullah shallallahu “alaihi wa sallam bersabda: “Siapa saja di antara orang mukmin yang memberi pakaian orang yang telanjang maka Allah ta”ala akan memberinya pakaian hijau dari surga.” (HR. Tirmidzi).



Muamalah (hubungan) Allah ta”ala terhadapmu sebagaimana hubunganmu terhadap hamba-Nya, maka pilihlah muamalah yang kau sukai yang mana Allah ta”ala akan me-muamalahimu dengannya, dan pergaulilah hamba-hamba-Nya dengan (pilihanmu) itu maka kamu akan mendapat ganjarannya.



Jauhilah menyakiti sesama (Jika kamu melakukannya) maka Allah ta”ala akan menyiksamu.



Rasulullah shallallahu “alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah ta”ala akan menyiksa orang-orang yang menyakiti manusia.” (HR. Muslim).



Allah Ta”ala berfirman: “Dan (ingatlah) ketika kami selamatkan kamu dari (Fir”aun) dan pengikut-pengikutnya mereka menimpa kepadamu siksaan yang seberat-beratnya.” (QS. al-Baqarah: 49).



“Dan pada hari terjadinya kiamat dikatakan kepada malaikat, “masukkanlah Fir”aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat pedih.” (QS. Ghofir: 46).



Jauhilah menyusahkan hamba-hamba Allah ta”ala (Jika kamu melakukannya), maka engkau akan terkena doa Nabi shallallahu “alaihi wa sallam: “Ya Allah, barang siapa yang mengurus perkara umatku lalu mempersulit mereka maka persulitlah dia dan barang siapa yang mempermudah mereka maka permudahkanlah dia.” (HR. Muslim).



Janganlah engkau mencari-cari kesalahan kaum muslimin.



Rasulullah shallallahu “alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang senantiasa mencari kesalahan seorang muslim, maka Allah ta”ala akan senantiasa mencari kesalahannya pula, sehingga akan terbuka kesalahannya meskipun (tersembunyi) di dalam mulut unta (kendaraan) nya.” (HR. Tirmidzi).



Beliau juga bersabda: “Barang siapa yang membuka aib saudaranya maka Allah ta”ala akan membuka aibnya sampai diperlihatkan kepada keluarganya.” (HR. Ibnu Majah).



Janganlah engkau berhati batu (tidak punya belas kasihan).



Rasulullah shallallahu “alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang tidak menaruh belas kasihan terhadap sesamanya, maka Allah ta”ala tidak akan mengasihinya.” (HR. Muslim).



Beliau juga bersabda: “Tidaklah dicabut rasa belas kasihan itu kecuali dari hati orang-orang yang celaka.” (HR. Tirmidzi).



Apapun muamalah yang engkau suguhkan terhadap manusia, maka kamu akan mendapatkan balasan yang sama di sisi Allah ta”ala.



Ibnul Qoyyim berkata: “Sesungguhnya Allah ta”ala adalah Dzat yang Maha mulia, mencintai yang mulia dari hamba-hamba-Nya.



Dia adalah Dzat yang Maha Mengetahui, mencintai orang-orang yang berilmu.



Dia adalah Dzat yang Maha Kuasa, mencintai yang gagah berani.



Dia adalah Dzat yang Maha Indah, mencintai keindahan.



Dia adalah Dzat yang Maha Pengasih, mencintai orang yang pengasih.



Dia adalah Dzat yang Maha Menutupi, mencintai orang yang menutupi aib hamba-hamba-Nya.



Maha Pemaaf, mencintai yang memaafkan hamba-hamba-Nya.



Maha Pengampun, mencintai yang suka mengampuni hamba-Nya.



Maha lemah lembut, mencintai yang lemah lembut dari hamba-hamba-Nya serta membenci yang keras perangainya.



Dia adalah Dzat yang Maha Penyantun, mencintai sifat penyantun.



Dzat yang Melimpahkan kebaikan, mencintai perbuatan baik serta pelakunya. Dzat yang Maha Adil, mencintai keadilan.



Dzat yang Menerima uzur, mencintai orang yang menerima uzur hamba-hamba-Nya.



Membalas hamba sesuai dengan ada atau tidak adanya sifat-sifat tersebut pada diri seorang hamba… maka (sesungguhnya) muamalah Allah ta”ala terhadap hambanya sesuai dengan muamalah hamba terhadap sesamanya…



Berbuatlah semaumu maka Allah ta”ala akan membalasmu sesuai dengan perbuatanmu terhadap-Nya dan terhadap hamba-hamba-Nya.



Maka hendaklah engkau senantiasa memberikan manfaat kepada hamba-hamba Allah ta”ala sebagaimana yang telah disabdakan Rasulullah shallallahu “alaihi wa sallam: “Barang siapa yang mampu memberikan kemanfaatan kepada saudaranya hendaklah ia lakukan.” (HR. Muslim).



Berbuat baiklah terhadap mereka, karena sesungguhnya Allah ta”ala mencintai hamba yang berbuat baik.



Jadilah engkau orang yang senantiasa mempermudah urusan hamba Allah ta”ala serta berlemah-lembut terhadap mereka.



Rasulullah shallallahu “alaihi wa sallam bersabda: “Diharamkan masuk Neraka setiap orang yang pemudah, lemah lembut, dekat dengan manusia.” (HR. Ahmad).



Maafkanlah mereka, mudah-mudahan Allah ta”ala mengampuni dosa-dosamu, sesungguhnya Allah ta”ala tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.



وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين, وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين.





***



Oleh: Syaikh Abdul Qoyyim As-Suhaibani

Alih Bahasa: Ustadz Nur Kholis Kurdian, Lc.

memilih untuk Bahagia.

Bismillah.....



Tulisan ini dibuat di sepertiga akhir malam yang syahdu, subhanalloh. Sekali lagi ingin kumaknai arti bahagia, yang mungkin sudah beberapa kali berubah makna di dalam diriku. ya.. makna bahagia saat aku kecil, berbeda dengan ketika aku masih belia, berbeda ketika aku larut dalam dunia yang melalaikan dan kini sungguh tlah berubah pula maknanya dalam diriku.


Duluu.. sekali sempat aku memilih makna bahagia dengan konsep seperti ini :

menjadi kaya di dunia dan akhirat ^_^ kaya dalam arti yang logis, yang nyata, yang benar-benar kaya maksudku. kaya di dunia adalah ketika keluargaku memiliki pekerjaan yang mapan, penghasilan tetap yang cukup buat apa saja, beli ini itu, membantu sana sini, ngaji kesana dan kemari itulah kaya. adapun kaya akhirat adalah ketika kelak tujuan ke surga itu tergapai dengan lancar (biidznillah) dengan tabungan amal sholih yang banyak, kekuatan iman dan taqwa yang tinggi sehingga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang beruntung. allohu akbar.

muluk sekali ya konsep bahagia itu.. tapi memang begitulah konsep bahagia ala aku dulu.. dan tentu untuk mencapainya aku harus menanggung konsekuensi yang tidak gampang. harus bekerja keras untuk “kaya” dunia dan “kaya” akhirat itu..

tapi sekali lagi.. itu dulu, bukan sekarang.

Seiring berjalannya waktu, kini.. konsep bahagia ku berubah lagi, bahagia yang lebih indah dari konsep2 yang pernah hadir dalam perjalanan hidupku. Semakin ku belajar semakin kuat keyakinanku bahwa ambisi terhadap dunia tidak mungkin berjalan beriringan dengan keinginan menggapai sukses akhirat dengan kesuksesan yang gemilang, karena salah satunya pasti akan saling mengalahkan dan melemahkan yang lain. maka bagaimana agar kita dapat menggapai bahagia? mana yang kita pilih? tentulah kita harus memilih orientasi yang mendatangkan kebahagiaan hakiki, bukan sekedar kebahagiaan sementara nan semu namun mendatangkan kesengsaraan abadi.

coba kita perhatikan landasan-landasan yang mendasari tercapaiinya kebahagiaan hakiki itu, yang diungkapkan oleh dzat yang Maha terpercaya dan kekasihnya. Alloh dan RosulNya sholallohu ‘alihi wasallam

Allah Ta’ala berfirman,

مَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِن نَّصِيبٍ

“Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat maka akan Kami tambah keuntungan itu baginya, dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia maka akan Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia, dan tidak ada baginya suatu bagian pun di akhirat.” (Qs. Asy-Syura: 20)

لْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا. وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى

“Akan tetapi, kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (Qs. Al-A’laa: 16–17)

Banyak dalil yang menerangkan janji-janji Allah Ta’ala kepada orang-orang yang berorientasi akhirat, bahwa orang yang berorientasi akhirat akan sukses dunia dan akhiratnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai anak Adam, beribadahlah sepenuhnya kepada-Ku, niscaya Aku penuhi (hatimu yang ada) di dalam dadamu dengan kekayaan dan Aku penuhi kebutuhanmu. Jika tidak kalian lakukan, niscaya Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan, dan tidak Aku penuhi kebutuhanmu (kepada manusia).’” (Hr. Ahmad, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan al-Hakim)

Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Barangsiapa yang menjadikan kegelisahan, kegundahan, cita-cita, dan tujuannya hanya satu, yaitu akhirat, maka Allah akan mencukupi semua keinginannya. Barangsiapa yang keinginan dan cita-citanya bercerai-berai kepada keadaan-keadaan dunia, materi duniawi, yang dipikirkan hanya itu saja, maka Allah tidak akan peduli di lembah mana dia binasa.” (Hr. Ibnu Majah; sanadnya hasan)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Barangsiapa yang obsesinya adalah akhirat, tujuannya akhirat, niatnya akhirat, cita-citanya akhirat, maka dia mendapatkan tiga perkara: Allah menjadikan kecukupan di hatinya, Allah mengumpulkan urusannya, dan dunia datang kepada dia dalam keadaan dunia itu hina. Barangsiapa yang obsesinya adalah dunia, tujuannya dunia, niatnya dunia, cita-citanya dunia, maka dia mendapatkan tiga perkara: Allah menjadikan kemelaratan ada di depan matanya, Allah mencerai-beraikan urusannya, dan dunia tidak datang kecuali yang ditakdirkan untuk dia saja.” (Hr. At-Tirmidzi dan lain-lain; hadits shahih)

Nah, masihkah kita ragu dengan janji-janji Allah Ta’ala di atas? Apakah itu cuma dongeng di siang bolong? Siapakah yang paling mampu menepati janjinya? Sungguh sayang, banyak dari kita yang masih ragu dengan janji-janji Allah Ta’ala, dan ikut yakin dengan pameo ini, “Zaman ini zaman edan, kalau tidak ikut arus, bagaimana kita bisa dapat rezeki?”, atau “Yang haram saja susah, apalagi yang halal.”

Bagaimana mungkin karunia Allah Ta’ala, berupa rezeki, dapat diraih dengan maksiat? Mungkin rezeki itu akan didapat, tetapi rezeki itu tidak akan memiliki berkah. Justru, rezeki tersebut akan membawa petaka, istri dibawa lari orang, anak berzina, kita sendiri terkena penyakit strok dan merana seorang diri di rumah sakit jiwa. Akhir yang buruk, yang tidak satu pun dari kita menginginkannya.

Perhatikan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini,
“Janganlah kamu merasa bahwa rezekimu datangnya terlambat, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan meninggal, hingga telah datang kepadanya rezeki terakhir (yang telah ditentukan) untuknya. Maka, tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki, yaitu dengan mengambil yang halal dan meninggalkan yang haram.” (Hr. Abdur Razaq, Ibnu Hibban, dan al-Hakim)

“Sesungguhnya, Ruhul Qudus (malaikat Jibril) membisikkan dalam benakku bahwa jiwa tidak akan wafat sebelum lengkap dan sempurna rezekinya. Karena itu, hendaklah kamu bertakwa kepada Allah dan memperbaiki mata pencarianmu. Apabila datangnya rezeki itu terlambat, janganlah kamu memburunya dengan jalan bermaksiat kepada Allah, karena apa yang ada di sisi Allah hanya bisa diraih dengan ketaatan kepada-Nya.” (Hr. Abu Dzar dan al-Hakim)

Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Allah dan carilah nafkah dengan cara yang baik, karena sesungguhnya seseorang sekali-kali tidak akan meninggal dunia sebelum rezekinya disempurnakan, sekalipun rezekinya terlambat (datang) kepadanya. Maka, bertakwalah kepada Allah dan carilah rezeki dengan cara yang baik, ambillah yang halal dan tinggalkanlah yang haram.” (Hadits shahih, Shahih Ibnu Majah no. 1743 dan Ibnu Majah II: 725 no. 214)

Hendaklah kita perhatikan hadits-hadits di atas. Kita diperintahkan untuk berusaha, bersungguh-sungguh, bekerja, memperbaiki mata pencarian, meninggalkan yang haram, dan kita diperintahkan untuk bertakwa. Rezeki yang ada di langit (dari Allah) bukan dicari dengan cara maksiat kepada-Nya. Namun, kita diperintahkan untuk bersungguh-sungguh bekerja, memperbaiki cara mencari rezeki, dan bertakwa.

Alloh berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Qs. An-Nahl: 97)

Lihatlah, bahwa jika kita ingin hidup bahagia dengan mendapatkan semua kebaikan (karena ayat tersebut tidak membatasi kebaikan apa, maka ulama menerangkan bahwa yang dimaksud adalah semua kebaikan, baik rezeki, kebahagiaan, ketenangan jiwa, dan lain-lain), maka caranya adalah dengan beramal shalih, dalam keadaan beriman.

itulah konsep bahagia yang kami pilih untuk mewarnai sisa umur kami yang entah sampai kapan alloh ta’ala izinkan bersama kami. dan akhirnya setiap pilihan tentu menuntut pada konsekuensi pemilihannya. konsep bahagia berorientasi akhirat ini mewajibkan kita untuk benar-benar jeli memilah dan memilih detail aktivitas dan sikap terhadap berbagai tawaran hingar bingar dunia agar mudah bagi kita untuk dapat mengorientasikan tujuan pada kebahagiaan akhirat. wallohu waliiyut taufiq wa nastai’an billah

al faqir ilalloh

Ummu Raihan

Selasa, 18 Januari 2011

ringkasan mandi junub

Hadits yang dibahas,
”Dari ’Aisyah radliyallahu’anha, dia berkata, ”Jika Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam mandi karena janabah, maka beliau mencuci kedua tangan, kemudian wudlu’ sebagaimana wudlu beliau untuk sholat, kemudian beliau menyela-nyela rambutnya dengan kedua tangan beliau, hingga ketika beliau menduga air sudah sampai ke akar-akar rambut, beliau mengguyurnya dengan air tiga kali, kemudian membasuh seluruh tubuhnya”. ’Aisyah berkata, ”Aku pernah mandi bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dari satu bejana, kami mencibuk dari bejana itu semuanya.” (HR. Bukhori dan Muslim)
”Dari Maimunah binti al-Harits, istri Nabi shallallahu’alayhi wa sallam, bahwa dia berkata, ”Aku menyiapkan air untuk mandi janabah bagi Rasulullah shallallahu’alayhi wa sallam. Beliau memiringkan bejana dengan tangan kanannya menyiram tangan kirinya dua kali atau tiga kali, kemudian mencuci kemaluan, kemudian mengusapkan tangannya ke tanah atau ke dinding dua kali atau tiga kali, kemudian berkumur dan memasukkan air ke hidung, kemudian membasuh wajah dan kedua tangannya (sampai siku), kemudian mengguyur air di kepala, kemudian membasuh seluruh tubuh, kemudian beliau bergeser ke pinggir dan membasuh kedua kaki. Aku mendatangi beliau untuk menyerahkan handuk namun beliau menolaknya, lalu beliau mengibas-ngibaskan (mengeringkan) air dengan kedua tangannya.” (HR. Bukhori dan Muslim).
Dalam ceramah berikut ini akan dijelaskan bagaimana tata cara mandi janabah berdasarkan kedua hadits di atas. materi ini disampaikan oleh Ust. Abu Qotadah hafihzahullah. Semoga bermanfaaat.
DOWNLOAD CERAMAH
Faidah yang dapat dipetik dari pembahasan:
(1). Pengertian mandi adalah meratakan seluruh anggota badan dengan air dengan sifat tertentu dan dengan sebab tertentu.
(2). Secara umum mandi janabah dibagi menjadi dua, yang pertama adalah mandi yang cukup (sah saja), yaitu menuangkan air kepada seluruh anggota tubuh dengan air (tanpa adaya tartib/ urutan tertentu). Yang kedua adalah mandi yang kaamil (sempurna), yaitu mengikuti Nabi (yang diajarkan oleh beliau) dalam kaifiyyahnya (tata caranya), yang kedua inilah yang dibahas.
(3). Mandi memiliki rukun mandi yang harus dipenuhi, yaitu niat dan seluruh anggota badan harus terkena dengan air.
(4). Berikut ini adalah urutan mandi janabah:
Mengucapkan bismillah (Cukup di dalam hati karena dalam kamar mandi).
Mencuci kedua telapak tangan, dengan tidak memasukkan langsung ke dalam bejana.
Mencuci kemaluan (dengan tangan kiri).
Kembali mencuci telapak tangan dengan digosokkan ke tembok (seperti dalam nash hadits) atau juga dibolehkan dengan sabun.
Berwudlu dengan wudlu yang sempurna (berkumur-kumur, ……membasuh kedua kaki atau mengakhirkan membasuh kaki).
Memasukkan air ke bejana dan memasukkan jari-jari kita ke pangkal rambut sampai yakin kulit kepala telah basah.
Menuangkan air ke kepala tiga kali dengan disunnahkan mulai dari arah yang kanan.
Mencuci selurh anggota badan dan disunnahkan dimulai dari yang kanan, dan tidak disebutkan sunnah harus tiga kali. Dan dengan menggosoknya termasuk sunnah.
Disunnahkan mencuci kedua kaki kembali (untuk kedua kalinya) seperti dalam wudlu.
(5). Adanya faidah dalam hadits yang disampaikan dalam kaitannya tentang adab/ muamalah seorang istri kepada suami, yaitu menyediakan air untuk mandi dan handuk (dalam hadits Maimunah). Dan bagaimana pergaulan antar suami dan istri yaitu mandi dari satu bejana (sebagaimana hadits ’Aisyah).
(6). Tata cara berwudlu dalam mandi janabah terbagi menjadi tiga pendapat, sebagai berikut.
Pendapat pertama: Disunnahkan wudlu dalam mandi dengan dua cara, yaitu Pertama dimulai dengan wudlu yang sempurna (dari membasuk kedua tangan….sampai membasuh kaki) lalu mandi. Kedua (berdasarkan hadits Maimunah) dengan berwudlu dengan mengakhirkan membasuh kedua kaki, yaitu maksudnya berwudlu tanpa mencuci kaki, lalu mengguyur seluruh badan seperti mandi biasa, selanjutnya baru membasuh kedua kaki. Boleh untuk mengamalkan kedua-duanya.
Pendapat kedua: Hadits Aisyah dibawa ke hadits Maimunah, yang dimaksud beliau berwudlu adalah kecuali kaki (kecuali mencuci kaki), selanjutnya tartib seperti dalam hadits Maimunah (membasuh seluruh tubuh, lalu membasuh kedua kaki)
Pendapat ketiga: Hadits Maimunah dibawa ke hadits ’Aisyah, yaitu Nabi mencuci kakinya secara sempurna lalu Nabi mengulangi mencuci kakinya kembali setelah membasuh seluruh tubuh. Pendapat inilah yang lebih kuat.
(7). Hukum menghisap air ke hidung dan berkumur-kumur (dalam berwudlu) ketika mandi. Pendapat pertama: hukumnya wajib (Imam Ahmad dan Ulama Hanifiyyah). Pendapat kedua: Mustahab (sunnah) menurut jumhur ulama, inilah yang lebih kuat.
(8). Dalam hadits ’Aisyah di atas disebutkan, ”Aisyah berkata, ”Aku pernah mandi bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dari satu bejana, kami mencibuk dari bejana itu semuanya.” menunjukkan bahwa Air musta’mal hukumnya suci dan mensucikan, dan air bekas istri maupun suami adalah suci juga. Hadits ini juga menjadi bantahan kepada pendapat yang melarang istri melihat aurat suami juga sebaliknya.
(9). Dalam hadits Maimunah disebutkan, ”Aku mendatangi beliau untuk menyerahkan handuk namun beliau menolaknya, lalu beliau mengibas-ngibaskan air dengan kedua tangannya”. Maka sebagian ulama berpendapat bahwa sunnahnya memang tidak dikeringkan. Tetapi yang rajih (kuat) adalah justru sunnahnya dikeringkan terlebih dahulu, dengan dua alasan, (1) Nabi menolak handuk tersebut mungkin disebabkan tidak menyukai handuk tersebut atau ada udzur tertentu. (2) Karena Nabi justru mengeringkan dengan kedua tangannya, sehingga jika dengan tangan saja boleh maka dengan yang lainnya juga boleh.
(10). Tidak boleh berlebih-lebihan dalam menggunakan air. Ketika mandi, Nabi hanya menggunakan 1 sha’ atau 5 mud air (sekitar 2.75 liter). Ini termasuk sunnah.
(11). Hukum membuka kepang bagi seorang wanita ketika mandi janabah adalah tidak wajib. Yaitu cukup dengan cara menuangkan air ke kepalanya tiga kali. Tetapi jika untuk mandi haid, maka wajib untuk dibuka kepangnya.
(12). Tidak diwajibkan untuk berwudlu kembali jika mengamalkan mandi janabah yang kaamil (seperti diatas). Tetapi hendaknya kita juga meniatkan untuk berwudlu disamping niat mandi janabah, juga dengan syarat tidak ada yang membatalkannya (sebagaimana hal-hal yang membatalkan wudlu) ketika mandi.